Jumat, 03 April 2015

Gadis Desa Lugu Yang Sengsara Tak Pernah Putus Asa Menggapai Cita-Cita

       
         Kisah ini dimulai dari tahun 2008, dimana seorang gadis desa bernama Ida yang berasal dari keluarga sederhana. Dia menyadari latar belakang keluarganya, sehingga diapun memilih bersekolah di salah satu sekolah swasta Madrasah Tsanawiyah (MTs) setingkatan SMP. Hari ini dia bahagia banget, karena dia telah lulus sekolah dengan nilai yang terbaik di sekolahnya. Tapi Ida sedih karena tidak melanjutkan sekolah di SMA favorit yang dia impikan. Ida malah disuruh ibunya untuk kerja di kota, jadi mau tidak mau dia nurut sama ibunya itu meskipun di dalam hatinya masih ada niat yang kuat untuk melanjutkan sekolah. Dan akhirnya Ida bekerja di surabaya, di ajak oleh kenalan ibunya yang tidak lain tetangga desanya sendiri yang sudah lama hidup di kota. Yah... Ida yang polos dan lugu mengira dia akan bekerja di sebuah toko, tapi kenyataannya Ida di pekerjakan menjadi pembantu rumah tangga. Ida ingin menangis, tapi semua sudah terlanjur. Memang majikannya orang muslim, tapi dia dipekerjakan 24 jam. Ida bekerja jadi pembantu bersama teman SD nya. Tapi teman SD nya itu yang bernama Enik, dia pemalas. Semuanya yang mengerjakan Ida, mulai dari nyapu rumah segede itu, ngepel, membersihkan kaca, nyiram tanaman, nyuci, masak, momong anak majikannya dll. Herannya yang melakukan semua pekerjaan itu Ida tapi yang sakit-sakitan dan tidak krasan itu Enik. Adzab dari Allah kali ya... hehehe dan akhirnya si Enik bercerita ke saudaranya yang masukin dia kerja jadi pembantu. Enik ingin berhenti kerja dan Ida pun yang lugu juga ikut berhenti kerja. Parahnya itu majikannya cuma ngasih gaji 20rb saja (Pelit Amat).
         Dan akhirnya Ida dan Enik berhenti kerja jadi pembantu dan tinggal di kontrakan saudara si Enik sambil nyari pekerjaan lain. Waktu itu pada malam hari saudaranya Enik mengajak jalan-jalan sambil nyari kerja di sebuah perbelanjaan. Di perbelanjaan tersebut di toko baju Blok M membuka lowongan kerja karyawati. Tapi yang di terima kerja si Enik, karena si Enik berpenampilan genit. Sedangkan Ida yang polos dan lugu tidak di terima di blok M. Karena Ida berpenampilan gadis desa banget, memakai baju panjang rok panjang dan rambutnya di kepang dua. Akhirnya Ida diterima kerja di toko Lima Saudara. Jelas diterima karena pemilik tokonya adalah Bu haji dan Ida tinggalnya di rumah pemilik toko tersebut.
        Pada waktu masuk kerja pertama, Ida masih bingung harus bagaimana karena dia benar-benar seorang gadis desa yang polos. Ida selalu dimarahin pemilik toko karena tidak bisa genit menawarkan dagangan ke pembeli. Ida pun merasa sedih, apalagi dia tinggal di rumah pemilik toko itu tidak nyantai, melainkan juga disuruh jadi pembantu. Disuruh melayani anak-anak pemilik toko 5 orang, disuruh ini itu padahal anak-anaknya itu sudah pada gede paling kecil SMA kelas 1. Tapi semua bergantung pada Ida, kasihan dia susah banget hidupnya. Harus kerja jadi pembantu di rumah pemilik toko dan harus tepat waktu kerja di toko. Di tokopun, tidak hanya menawarkan dagangan tapi juga disuruh nyapu, ngepel dan masak.
         Pada siang hari sekitar jam 12.00 WIB pas di toko, Ida disuruh masak nasi dan sayur. Tapi sebelum masak, Ida sholat dzuhur dahulu dan setelah sholat dzuhur baru masak. Tapi waktu itu Ida kaget dan takut, karena nasi yang dimasaknya itu tiba-tiba berubah menjadi belatung. Ida sampai nangis ketakutan dan merasakan firasat buruk. Tapi Ida yang lugu tidak berani bilang ke pemilik toko. Waktu makan, Bu Haji dan Pak Haji serta karyawan lain semuanya makan siang. Ida pun di panggil disuruh makan, tapi Ida bilang tidak lapar. karena dia takut makan nasi yang berubah menjadi belatung. Sampai Ida dengan ketakutan bilang ke teman karyawan namanya mbak Reni. Ida berkata "Mbak, kamu makan apa?" Reni menjawab "makan nasi dek, kamu kok nggak makan kenapa?" Ida berkata lagi, "Mbak Ren, lihatlah nasi yang kamu makan itu.. itu bukan nasi mbak, tapi belatung." mbak Reni menjawab "belatung? aku melihatnya nasi kok." tapi aneh, Ida yang lugu itu melihat nasi yang dimakan mereka itu adalah belatung.
        Akhirnya Ida langsung telfon ke orangtuanya. Ida menangis dan bilang tidak krasan serta menceritakan tentang nasi yang berubah menjadi belatung. Ida bilang ingin pulang ke desa saja. Tapi Ibu Ida melarangnya pulang ke desa, karena nanti malu sama tetangga. Bisa jadi bahan perbincangan, karena pamitnya kerja di kota malah pulang. Jadi Ida disuruh bertahan disana sama Ibunya.
Setiap pagi Ida menelfon orang tuanya karena bener-bener tidak krasan seperti itu. Tiba-tiba Pak haji itu mengetuk pintu kamar Ida dan menyuruh Ida keluar lalu Ida dimarahin, terus disuruh setrika baju yang sangat banyak. Akhirnya Ida memberanikan diri untuk bilang berhenti kerja. Sama Pak haji, Ida malah dimarahin. Tapi Ida tetap menginginkan untuk berhenti kerja dan akhirnya di perbolehkan. Tapi Ida hanya di gaji 10rb sama Pak haji itu. Ida yang malang......




                                                           ***BERSAMBUNG***



Nantikan kisah selanjutnya iya... episode ke 2 Gadis Desa Lugu Yang Sengsara Tak Pernah Putus Asa Menggapai Cita-Cita,,.
Semoga kisah nyata ini menginspirasi para pembaca dan bermanfaat  :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar